KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan segala limpahan rahmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat pun penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad Saw
beserta keluarga dan sahabat sahabatnya.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Asma’ul Husna, karena atas bimbingannya penulis mampu
menghadirkan sebuah makalah yang di harapkan mampu memberi hasanah pengetahuan.
Tugas ini ditujukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian. Dan juga kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Asma’ul Husna, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikologi
Kepribadian.
2. Orang tua yang telah banyak memberikan semangat dan arahan kepada kami
sehingga terwujudnya makalah ini.
3. Seseorang yang selalu ada di hati kami, terima kasih atas kesetiaanmu serta
nasihat dan motivasi yang telah diberikan.
4. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut
membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini
adalah untuk memberikan hasanah pengetahuan khususnya bagi para pembaca
mengenai pandangan alam tentang kejadian alam semesta.mudah mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca,
tholabul “ilmi amin.
Semarang, 8 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Psikoanalisis ......................................................................................... 4
2.2 Struktur kepribadian ...................................................................................... 4
2.3 Dinamika kepribadian ................................................................................... 6
2.4 Perkembangan Kepribadian .......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan .................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang.
Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama untuk memahami
manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber
terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak
disadari
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi
nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak
pakar yang kemudia ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan
teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta
tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack
Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas
terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit.[1]
Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu :
psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme.
Berikut ini dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi
individual, dan psikologi analitis.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang di atas kami dapat merumuskan beberapa masalah antara lain sebagai
berikut:
1.2.1
Teori
Psikoanalisis Sigmund Freud?
1.2.2
Struktur
Kepribadian?
1.2.3
Dinamika
Kepribadian?
1.2.4
Perkembangan
Kepribadian?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund
Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran
psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai
kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
2.2 Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious),
dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang
konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga
model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur
lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.[2]
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan
suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber
Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super
Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan
perlengkapan sendiri.
a. Das Es
Das Es yang dalam bahasa Inggris disebut The Id adalah aspek
kepribadian yang dimiliki individu sejak lahir. Jadi das Es merupakan faktor
pembawaan. Das Es merupakan aspek biologis dari kepribadian yang berupa
dorongan-dorongan instintif yang fungsinya untuk mempertahankan konstansi atau
keseimbangan. Misalnya rasa lapar dan haus muncul jika tubuh membutuhkan
makanan dan minuman. Dengan munculnya rasa lapar dan haus individu berusaha
mempertahankan keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan
minuman.
Menurut Freud, das Es berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure
principle), munculnya dorongan-dorongan yang merupakan manifestasi das Es,
adalah dalam rangka membawa individu ke dalam keadaan seimbang. Jika ini
terpenuhi maka rasa puas atau senang akan diperoleh.
Perlengkapan yang dimiliki das Es menurut Freud berupa gerak-gerak
refleks, yaitu gerakan yang terjadi secara spontan misalnya aktivitas bernafas
untuk memperoleh oksigen dan kerdipan mata. Selain gerak refleks, das Es juga
memiliki perlengkapan berupa proses primer, misalnya mengatasi lapar dengan
membayangkan makanan.
b. Das Ich
Das Ich yang dalam bahasa Inggris disebut The Ego merupakan aspek
kepribadian yang diperoleh sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya. Menurut Freud, das Ich merupakan aspek psikologis dari
kepribadian yang fungsinya mengarahkan individu pada realitas atas dasar prinsip
realitas (reality principle). Misal ketika individu lapar secara
realistis hanya dapat diatasi dengan makan. Dalam hal ini das Ich
mempertimbangkan bagaimana cara memperoleh makanan. Dan jika kemudian terdapat
makanan, apakah makanan tersebut layak untuk dimakan atau tidak. Dengan
demikian das Ich dalam berfungsinya melibatkan proses kejiwaan yang tidak
simple dan untuk itu Freud menyebut perlengkapan untuk berfungsinya das Ich
dengan proses sekunder.
c. Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the
Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa
nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud das
Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang
berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Aspek kkepribadian ini
memiliki fungsi:
Ø Sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es
disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapoat diterima masyarakat;
Ø Mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip moral;
Ø Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Dalam menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia
atau nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang
melalui internalisasi dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal
dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
2.3 Dinamika Kepribadian
a. Distribusi energi
Dinamika kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis
didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud
menyatakan bahwa energi yang ada pada
individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa
energi manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, energi untuk aktivitas fisik
disebut energi fisik, dan enerji yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut
energi psikis.
Menurut Freud jumlah energi itu terbatas
sehingga terjadi semacam persaingan di antara ketiga aspek kepribadian untuk
memperoleh dan menggunakannya. Jika salah satu aspek banyak menggunakan energi
maka aspek kepribadian yang lain menjadi lemah.
Freud menyatakan bahwa pada mulanya yang memiliki energi
hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi,
energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich.
b. Mekanisme pertahanan ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego
defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah
kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan das Es maupun untuk menghadapi tekanan
das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat
dikurangi atau diredakan.[3]
Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan
ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam
mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai.[4]
1)
Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk
meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab
kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran.Sublimasi, adalah mekanisme
pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan
cara mengubah dan menyesuaikan dorongan
2)
das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke
dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
3)
Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau
tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
4)
Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang
menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya
dibanding individu semula.
5)
Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu
memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui
dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi
sering dibedakan menjadi dua : sour grape technique dan sweet orange
technique.
6)
Pembentukan
reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan
karena insdividu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara
berbuat sebaliknya.
7)
Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3.3
Perkembangan Kepribadian
a.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian
Perkembangan kepribadian individu menurut
Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan.
Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia.
Ketegangan dapat timbul karena adanya
frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan
individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.
b.
Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir
tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan
penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan
kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada
daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap
rangsangan. Ke lima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut.[5]
Ø Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan
Bagian tubuh yang sensitif terhadap
rangsangan adalah mulut.
Ø Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
Ø Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat
kelamin.
Ø Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Pada
fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
Ø Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada
masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha
menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam
teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari
aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Teori psikodinamika dicetuskan oleh Sigmund
Freud. Dia berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang
ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosio-efektif, yakni ketegangan
yang ada di dalam diri seseorang itu ikut menentukan dinamikanya ditengah-tengah
lingkungannya. Sehingga freud membagi struktur kepribadian
atau jiwa seseorang menjadi tiga yaitu:
a)
Id (das es) bisa dikaitkan dalam islam dengan
nafsu.
b)
Ego (das ich) bisa disebut juga dengan akal.
c)
Superego (das ueber ich) bisa disebut dengan hati nurani.
Setelah membagi struktur jiwa manusia kedalam
tiga struktur, freud membagi tahapan-tahan perkembangan manusia menjadi lima.
Yaitu, fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase kemaluan.
Fase-fase inilah yang menjadi dasar
perkembangan manusia bagi teori psikodinamika. Dalam aplikasi teori, ada lima
teori yang bisa menjadi pengelolaan pendidikan yaitu, Pertama, konsep kunci
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Kedua,
konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang. Ketiga, konsep teori
psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap
perjalanan manusia. Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan
kepribadian individu. Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.
Boeree, CG. 1997 .Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. (Alih bahasa: Inyiak Ridwan Muzir).
Yogyakarta: Primasophie.
Koeswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.
Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian &
Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.
Suryabrata,
Sumadi. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV. Rajawali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar